11/08/11

Pembelajaran IPS

PENDAHULUAN
Pembelajaran IPS di SD telah mengalami pergeseran penyajian model pembelajaran yang dilakukan guru. Hal ini disebabkan adanya perubahan kurikulum dari 1994 menjadi kurikulum 2006 yang kita kenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22
Pembelajaran IPS di SD telah mengalami pergeseran penyajian model pembelajaran yang dilakukan guru. Hal ini disebabkan adanya perubahan kurikulum dari 1994 menjadi kurikulum 2006 yang kita kenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global
Sejauh ini, sudahkah pembelajaran IPS di SD mengacu pada tujuan pembelajaran IPS sebagaimana Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006? Selama ini fokus guru-guru IPS hanya sebatas pada pengenalan konsep masyarakat dan sosial (tujuan pertama). Tujuan yang lain, pengembangan kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, pengembangan komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial, serta pengembangan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan sebegainya hanya sepintas lalu saja. Artinya, belum ada keseimbangan antara pengembangan sisi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Guru mengasah kemampuan berpikir siswa sebatas berpikir konsep IPS.
Jika kita perhatikan di sekeliling kita, akan sering kita temui hal sebagai berikut :
Seorang guru bertanya, “Di manakah ibukota Kamboja?”, atau “Pulau manakah yang mirip kepala burung?” atau lebih ekstrem lagi, “PR-nya sudah dikerjakan belum?”
Setelah itu, apa yang terjadi? Siswa akan menjawab pertanyaan guru sesuai apa yang telah mereka hafalkan. Termasuk pertanyaan ekstrem yang terakhir tadi, siswa akan menjawab dengan dua alternatif jawaban: sudah atau belum. Amati lagi reaksi guru. Saat siswa menjawab sudah, guru akan tersenyum senang. Dan ketika siswa menjawab belum, guru hanya akan bertanya, “kenapa tidak dikerjakan?”
Apapun jawaban yang diberikan siswa, guru tidak akan peduli. Karena fokus permasalahannya adalah, bahwa siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah akan menyandang label “siswa malas”. Apakah selama ini IPS memang hanya diadakan untuk menjadikan siswa yang pandai menjawab soal ibu kota, nama gunung, arah mata angin, kenampakan alam, sumber daya alam, dan lain-lain yang semuanya sebatas konsep pengenalan?

MODEL PEMBELAJARAN IPS SD
Menjawab permasalahan pembelajaran IPS di SD tentunya dengan model pembelajaran yang terbarukan. Model pembelajaran pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi murid sekolah dasar hendaknya sesuai dengan kebutuhan anak usia sekolah dasar yaitu antara 6 - 12 tahun, dimana anak-anak pada usia ini bagaikan kertas putih yang akan di tulis tinta oleh para pengajarnya yang akan berguna bagi mereka untuk dapat di terapkan dalam kehidupan mereka namun mudah untuk di mengerti oleh mereka karena pola pikir mereka yang masih sederhana yang hanya memikirkan hal-hal pada saat ini saja dan belum memikirkan untuk masa yang akan datang sehingga perlu untuk diterapkan model pembelajaran atau teknik yang dapat memungkinkan mereka untuk memahami hal ini.
Pembelajaran IPS begitu unik karena harus mendidik dan mempersiapkan para murid agar dapat hidup di dunianya dan memahami dunianya. Oleh karena itu mata pelajaran IPS menjelaskan dari hal-hal yang kongkrit kepada hal yang abstrak dengan pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas, memulai yang mudah ke yang sukar, dari sempit ke yang luas dan dari yang dekat ke yang jauh: Individu, Keluarga,Tetangga, RT/RW, Desa, Kelurahan, Kabuapten/Kota,Propinsi,Negara,NegaraTetangga,Dunia.
Setiap kegiatan pembelajaran memerlukan persiapan yang berbeda-beda, tidak ada satu persiapan yang bisa digunakan untuk segala situasi, setiap topik dan setiap kompetensi yang akan di capai memerlukan persiapan yang berbeda-beda. Perencanaan pengajaran IPS diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian pengajaran IPS dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan pembelajaran bisa dibuat dalam bentuk Unit pelajaran atau satuan pelajaran. Model satuan pelajaran adalah bagian dari persiapan pembelajaran dalam unit yang terkecil. Rencana pembelajaran mengandung tiga komponen yaitu :
1) Tujuan pengajaran,
2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman mengajar; dan
3) evaluasi keberhasilan. Tidak ada format baku dalam penyusunan persiapan mengajar.
Oleh karena itu guru diharapkan dapat mengembangkan format-format baru. Sesuai dengan tahapan pegembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan denagn pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari.
Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang ,mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami. Untuk melatih tingkat kognitif yang levelnya lebih tinggi dapat digunakan pembelajaran dengan inquiry. Pembelajaran dengan inquiry adalah pengajaran yang membantu siswa untuk menguji pertanyaan-pertanyaan, issu-issu, atau masalah yang dihadapi siswa sekaligus menjadi perhatian guru. Pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana secara teknik menggunakan asas kerjasama dalam sebuah kelompok belajar. Teknik pembelajaran ini diterapkan dalam kelas diman siswa dalam satu kelas di bagi dalam kelompok kecil 4 - 6 orang atau lebih saling berpasangan untuk bertukar pendapat serta saling membantu satu sama lain dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi IPS diantaranya :
1) Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flanel, data dll
2) Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset
3) Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video, dsb
4) Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dll
5) Gerak, sikap, dan perilaku seperti simulasi, bermain peran dll
6) Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur.
7) Peristiwa atau cerita kasus yang mengandung dilema moral.

Penutup
Pembelajaran IPS SD memerlukan pendalaman konten bagi guru, bukan sekedar konteks yang berisi konsep. Ketika anak belajar demokrasi maka yang bersangkutan bisa belajar demokrasi secara nyata. Untuk itu dalam belajar IPS sebagaimana pelajaran lain perlu diperhatikan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menuju kepada pencapaian tujuan pembelajaran IPS kiranya guru dapat berkreasi lebih lanjut membelajarkan diri sendiri seiring pembelajaran siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar